Senin, 24 Mei 2010

Batang Usia



--> --> --> -->

"Batang Usia"

Oleh : Uchant

       Hal yang membuat aku ragu
       adalah batang usia

Mungkinkah, kebahagiaan akan ada dalam setiap kesempatan?
Sedang kesempatan datang tak ada permisi
Begitu saja
Hingga terlupa
Bahkan tahu jika sudah pergi
Dan tidak tahu kapan datangnya?

       Hal yang membuat aku ragu
       adalah batang usia

Akankah dapat kutancapkan
Setidaknya
Satu kebanggaan saja
Bahwa inilah aku!!
Dengan segenap kemampuanku

       Hal yang membuat aku ragu
       adalah batang usia

Akankah dapat terukirkan
Dari setetes peluh
Berbagai hasil kehidupanku
Untuk semua yang telah membuat aku hidup
Menjadi aku

       Hal yang membuat aku ragu
       adalah batang usia

Apakah waktuku benar telah berguna?
Ngayojokarto
20MEI10_15.35

Perpusku, masa depanku






“Baca baca baca dan baca, maka cita-citamu akan tergenggam dengan mudah!”

Teriakan seorang guru tampak memecah lamunan para muridnya. Jiwa kepahlawanannya sedang begitu menggebu untuk menjadikan anak didiknya generasi yang mengangkat kehidupan dengan ilmu pengetahuan…
*** *** ***
Ilmu didapat dengan mudah dari buku. Dan ilmu takkan lari jika diikat dengan buku. Maka janganlah engkau berjauh-jauh dari buku. Karena buku adalah teman yang sangat setia kepadamu.
Perpustakaan adalah inti setiap program pendidikan dan pengajaran. Terlebih pengajaran di masa sekarang ini yang menggunakan system yang modern. Sehingga perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan dan meminjamkan bahan pustaka saja. Melainkan salah satu penunjang penting demi kemajuan kepengajaran.
Perpustakaan merupakan gudang ilmu yang sangat representative. Flexibel untuk digunakan oleh siapapun. Tak terkecuali siswa SD yang masih terbakar semangatnya untuk belajar. Mereka dibebaskan membaca sebanyak apapun dan menikmati imajinasi dari hasil pembacaannya.
Model pembelajaran yang menyenangkan tentunya akan sangat baik untuk menanamkan kepemahaman. Perpustakaan tempat dibebaskannya imajinasi dan pemikiran kita dengan menyenangkan juga. Sehingga akan timbul suatu pengetahuan yang didapat dengan usaha sendiri dan usaha kepemahaman dengan sendiri pula. Sesuatu hal yang didapatkan oleh kemampuan pribadi adalah hal yang sangat sukar untuk dilupakan.
Sebuah perpustakaan yang baik dapat dilihat dari produk perpustakaan tersebut. Produknya berupa koleksi bahan pustaka (apakah terbaru ataukah ketinggalan jaman), layanan terhadap pengguna (penelusuran informasi dan peminjaman), juga program-programnya yang ikut serta melengkapinya.
Pada intinya, dunia perpustakaan adalah seperti dunia para guru. Sama-sama berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Perbedaannya hanyalah pada caranya saja. Jika belajar dengan guru berbentuk tutorial, maka dunia perpustakaan memperkenalkan pembelajaran mandiri.
Kembali ke topic semula bahwa membaca adalah formula cepat untuk melihat dunia. Perpustakaan adalah tempat yang cocok untuk mengawali melihat dunia yang kita inginkan. Jika kita sudah melihat dunia kita, maka akan muncul ide-ide besar untuk terus menggali pengetahuan dan kemudian berkembang dan terus berkembang hingga tercapainya cita yang murni dengan usaha kita sendiri.
Bukankah ini adalah hal yang begitu membahagiakan??
So… baca-baca-baca dan baca. Go to library dan bukalah duniamu mulai dari sekarang!
Ngayojokarto
06APR10_20.35


Kamis, 29 April 2010

Perempatan Penentuan


--> -->

Perempatan Penentuan

Cerpen : Uchant

“Lelaki berkaca mata itu akan lewat sekitar pukul tujuh lewat lima menit. Jangan sampai tidak bertemu dengan dia ya!”
Hmmm… pesan itu masih kusimpan baik-baik di memori otak. Dan kurasa memang belum terlupakan sejak Fery mengatakan itu tadi pagi. Tetapi entah kenapa, lelaki berkaca mata itu tak kunjung lewat. Apakah mataku yang kurang awas, atau memory otakku yang tak sedemikian cerdas sehingga tak mampu mengingat-ingat cirri khusus yang lain, sehingga sampai sekarang ini belum kutemukan batang hidungnya. Walau wajah dan perawakannya hanya ada dalam imajinasiku. Yang benar-benar bisa dilihat nyata hanyalah kaca mata.
Banyak manusia yang berkacamata di dunia ini. Tak terkecuali daerah Jogjaku tercinta ini. Ada berapa ribu orang yang berkaca mata? Sembari berjalan mengelilingkan koranku, menggerutu dan menyumpahi kakakku yang tidak memberikan ciri secara jelas tak lepas dari hatiku. Mulut bersua pada konsumen, dan hati bersua pada kejahatan. Hahahaha… sejak kapan menggerutu dan menyumpahi jadi tindakan kriminal??? Aku mencoba menghibur diri.
Udara semakin menyesakkan, dan cuaca juga tak mau kalah panasnya. Heran, kendaraan tak kunjung habis berlalu-lalang di jalanan. Tapi bersyukur juga, karena kehidupanku bergantung pada lalu-lalang mesin itu. Tetapi kadang muncul rasa bersalah juga, karena seolah-olah mengamini global warming untuk digalakkan. Huft… harus bagaimanakah?
Kuputuskan untuk pulang tanpa menemukan sosok lelaki berkacamata.

>_< >_< >_<

“Ach… dasar kakak menyebalkan!” teriakku.
“Hahaha… kenapa? Baru seminggu juga, udah ngeluh gitu.” Katanya sembari memasukkan barang bawaan ke dalam tas kerja.
“Kalau seperti ini, siapa yang mau denganku? Gara-gara gantikan dirimu, tiap hari kena matahari, kulit jadi coklat, kusem. Huh!” Kataku dengan muka manyun.
“Hei hei !! Waaa… lebai tu namanya. Kerja aja pagi, matahari masih menyehatkan! Wuu.. cari alasan saja kamu. Kalu kulit jadi gitu, emang dasarnya kamu yang kagak suka mandi. Hwakaka…” Timpal kakak.
Huh! Emang dasar pedebat kusir, gak pernah mau ngalah walopun sama adek sendiri. Haaaaaah… ingin rasanya berteriak lantang di pegunungan, menghilangkan kekesalanku.
Kugantikan tugas kakak sebagai loper Koran di pagi hari, semenjak dia dapat pekerjaan baru yang katanya lebih menjanjikan. Pagi sudah harus bertengger di perempatan jalan berlampu merah kuning hijau. Berjalan mondar-mandir menawarkan berita. Bersyukur jika yang lewat saat itu orang-orang yang suka berita. Lah, jika pas ketemu orang-orang yang masa bodoh dengan berita… Huft, ,,
“Gimana, dapat pelanggan belum? Gak susahkan… hanya angkat tangan mbil bawa Koran kok. Hehe..” kakakku berkata sambil tertawa ngejek.
Kujawab hanya dengan cibiran saja.
“Pelanggan kakak yang dulu dipertahanin. Sulit lho… Dah ketemu dengan yang berkacamata? Dia selalu beli kalau pas lewat.”
“Yang berkacamata itu banyak… tapi pada tidak beli…” jawabku.
“Masa… pas dulu yang jualan kakak, tiap hari lewat kok. Ooo… karena yang jualan ganti, dia ogah beli kali… “
“Gara-gara tiap hari mengingat lelaki berkacamata, aku jadi gak konsen jualan. Sebenare yang penting, semua orang yang lewat ato cuma lelaki pelanggan kakak itu? Satu banding banyak kak. Sadar gitu.” Jawabku.
“Haha… iya-iya… Yawda, kakak berangkat kerja dulu. Sana gih, kamu siap-siap juga. Kakak percayakan tugas itu padamu ya..”
Tugas apa? Fiuh… kulepaskan nafasku dengan gaya aneh. Langsung mengambil topi. Menyembunyikan rambut panjangku dibalik topi dan menggunakan penutup wajah selayaknya cadar. Tak lupa ganti pakaian dengan corak gaya cowok. Setelah yakin penyamaran sempurna, langsung ambil sepeda dan melaju menuju tempat biasa aku bertengger.
Berangkat lebih pagi berharap mendapatkan banyak pelanggan. Lelaki berkacamata masuk juga dalam kategori pelanggan. Tapi belum sepenuhnya masuk, baru terdaftar. Tentu karena sampai saat ini belum jelas batang hidungnya. Belum bisa dimasukkan ke pendapatan tetap.

>_< >_< >_<

Detik-detik lampu merah hamper selesai. Buru-buru aku menyerahkan Koran ke dalam mobil konsumen. Jika kena lampu hijau, sulit untuk kembali ke pinggir jalan yang teduh. Berlari aku mencoba meraih keteduhan itu. Hampir langkah terakhir menginjak trotoar, mataku menyadari seorang lelaki yang didekatku berkacamata.
Ahch… bahagianya aku menemukan pelanggan kakakku. Kuulaskan senyum dan menyerahkan Koran ke lelaki berkaca mata itu.
“Koran?” kataku dengan meniru suara lelaki.
Tak ada jawaban, hanya gelengan kepala. Dan ia pun melaju seiring lampu hijau yang dinantinya. Meninggalkan gerutuan di hati.
Pikiranku yang baik mengajarkanku untuk berpikir bahwa itu bukan orang yang dimaksudkan kakakku. Terduduk aku, menunggu detik lampu merah kembali mengajakku bekerja.
Dengan semangat yang kuperbaharui, aku menyambut detik merah yang hanya sekejap itu. Meski orang tak bisa melihat wajahku yang kutata apik dibelakang masker, tapi hatiku bisa melihat itu. Lelaki berkacamata mencoba kulupakan. Sekarang saatnya mencari pelanggan baru. Tak tergantung hanya dari satu pelanggan.
Tampak sebuah motor berhenti di dekat trotoar. Ach.. pelanggan baru, pikirku. Berlari aku menyongsongnya. Dan betapa terkejutnya aku. Lelaki itu, berkacamata. Kulihat jelas itu, meski di balik kaca penutup helm. Ketika ku sodorkan Koran di hadapannya, lelaki itu membuka kaca penutup helmnya, membuka penutup wajahnya. Dan jelas-jelaslah aku melihat sesosok lelaki yang selama ini sangat kurindukan.
Mataku tak berkedip, tak terasa rasanya ketika lelaki itu mengambil Koran dari tanganku. Inikah lelaki yang dimaksudkan kakak? Apa maksud kakak sebenarnya dengan pertemuan ini?
“Asa… “ panggilnya.
Kenapa lelaki ini mengetahui namaku, padahal penyamaranku begitu sempurna? Ach… lama sekali aku tak mendengar panggilan itu. Panggilan yang membuat serasa ada salju yang mendinginkan udara disekelilingku. Ibu, benarkah engkau akan hadir kembali melalui sosok ini?
“Maukah engaku kembali berkumpul bersama ayah?”
Perkataan itu… membuat pikiranku buyar. Kutatap lelaki berkaca mata itu dengan mataku yang berkaca-kaca…


Ngayojokarto
27APR10_10.42

Selasa, 23 Maret 2010

Aku Ingin Menjadi Lelaki



--> -->

Aku Ingin Menjadi Lelaki

Oleh : Uswatun Hasanah

Baru-baru ini surat kabar sering menuliskan mengenai penelitian seks bebas yang sangat merugikan bagi kaum perempuan. Dari berbagai sumber yang kubaca, menyebutkan bahwa para lelaki itu tak memenuhi tanggung jawabnya sebagai si pelaku yang tertuduh. Entah itu dilakukan atas dasar suka sama suka atau karena terpaksa. Tak banyak yang peduli.
Hatiku terusik ketika membaca ada yang melakukan penelitian serupa dengan titik focus riset perhatiannya adalah pihak lelakinya. Karena biasanya yang menjadi focus tersebut adalah perempuan. Maka hal ini tampak aneh dalam pikiranku. Mungkin akan menjadi penemuan yang hebat. Semoga.
Pada dasarnya keterusikkanku bukanlah berpangkal pada hal tersebut. Memang sejak lama sudah terpikirkan… bahwa ada sesuatu yang tak di ketahui dari seorang lelaki. Sesuatu hal yang sepertinya akan sulit dipahami oleh seorang perempuan. Karena perempuan memiliki 90% perasaan dan lelaki memiliki 90% logika. Amat kontras. Tapi inilah yang menjadikannya berjodoh. Tuhan memang sangat lihai dalam menciptakan suatu keanehan yang akan lama kita pikirkan.
“Buleh kutahu apa yang menjadi ciri khas perbedaan lelaki dan perempuan?” tanyaku pada salah seorang kawan lelaki.
“Mau buat apa_e, rahasia donk.” Jawabnya sekenanya.
“Ehm.. Ehm.. mau buat menaklukkanku po?” tambahnya.
“Yeee kepedean! Ini demi terciptanya sebuah kedamaian dunia! Biar perempuan tak kalah dengan laki-laki dan laki-laki tak ngalah sama perempuan!” Loh kok…
Kami tertawa bareng..
“Laki-laki itu sering berantem. Tapi itu sebuah keakraban. Laki-laki juga dekatnya sama bapak. Apalagi ya… gak taulah..” jawabnya dengan sedikit mendeskripsikan dengan dibarengi ekspresi yang menurutku –sangat tidak meyakinkan-.
Aku hanya mencibir saja. Kenapa tadi harus bertanya dengan orang yang nggak jelas memberi pendapat atau menambah pusing.

*** *** ***

Seperti kalimat yang sering terdengar. Bahwa kita tak dapat memahami orang lain jika tak menjadi orang lain tersebut. Selama ini, sungguh begitu bingung memikirkannya. Karena terkadang begitu egois memaksakan apa yang dirasakan sendiri. Tak mau tahu dengan logika laki-laki. Tapi, bukan berarti menjadi penganut.
Pernah suatu ketika, melihat seorang teman yang pada dasarnya sedang berhadapan dengan cinta pertamanya. Pada saat yang bersamaan ada seorang teman yang dapat dikatakan lebih cantik. Ada suatu tingkah aneh yang seolah-olah menyiratkan –hendak pilih yang mana-. Jika teringat akan hal itu, hanya akan muncul dua kata. Kok bisa…Maka jawabannya adalah, aku ingin menjadi lelaki.
Kemudian ketika menjelajahi sinetron Indonesia dan Luar Negeri yang tayang secara berkala. Dan melihat cerita cinta. Bagaimana cinta itu bisa terjadi. Mengapa bisa terjadi. Mengapa harus mengejar. Mengapa harus orang yang diinginkan. Mengapa harus berkorban. Jawabannya hanyalah… aku ingin menjadi lelaki!
Pernahkah mendengar tentang sebuah nasehat dari seorang yang sudah berusia? Pandangannya terhadap suatu hal, tak dipandang dari sebelah mata saja. Heran sungguh heran. Bagaimana ia bisa menemukan berbagai banyak pandangan hanya tentang satu hal saja? Seperti dampak tak hanya positif dan negative. Bahkan lebih. Jawabannya hanya satu juga. Aku ingin menjadi lelaki.
Ada lagi, tentang kasus sebuah kemalasan. Pandangan bahwa pekerjaan perempuan lebih baik daripada lelaki. Diperkuat dengan penglihatanku yang menyatakan bahwa lelaki jika masuk kelas terlambat. Apakah itu memang terlambat, diperlambat, dibuat terlambat, atau memang dasarnya begitu? Jawabannya satu. Aku ingin menjadi lelaki.

*** *** ****

Hari "H" semakin dekat saja. Penelitianku tak kunjung usai juga. Riset sangat menyulitkan. Proses wawancara tak bisa maksimal. Logika tak berjalan. Akankah sempat dikirim ke panitia lomba? Semoga. Hanya semoga saja.
Seandainya aku bisa. Aku ingin menjadi lelaki. Setidaknya untuk menyelesaikan penelitianku. Sehingga kudapatkan sebuah kesimpulan. Dan tak membuatku banyak berpikir. Atau jika bisa, hingga penelitianku mendapatkan sambutan yang begitu hebat oleh dunia. Dibukukan. Dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Fiuh… Kutarik nafas putus asa. Mencoba menguntainya menjadi gairah semangat lagi. Bersama mimpi yang sedang melambai, mencoba mengajakku untuk berlari…

Ngayojokarto
23MAR10_23.10

Berkawan IT untuk Kemajuan

Judul                : Teknologi Informasi dan Fungsi Kepustakawanan Penulis              : Rhoni Rodin Penerbit            : Calpulis ...