Kamis, 05 September 2013

Penemuan Tak Terduga

Penemuan Tak Terduga

Ada dua buah amplop dengan tujuan yang sama. Kedua amplop itu ditujukan pada siswa kelas 1 sekolah ini, dan alamat tujuannya adalah alamat sekolah. Yang satu bergambar lelaki keren (nyata, bukan kartun, mungkin seperti gambar di final fantasi) satunya lagi bergambar sekeranjang buah dengan pita biru berpolkadot putih. Semuanya dikirim lewat pos, karena terlihat jelas ada stempel kantor pos di muka amplop, meski perangkonya sudah dilepas. Kondisinya tampak sesar, maksudnya dibuka dengan tidak melalui jalan sebenarnya. Hanya di sobek di sisi kanan/kirinya. Jadi, isi amplopnya terlihat sebagian.. Isinya ya kertas juga... XD

Kedua amplop terselip (entah diselipkan sengaja atau tidak) di dalam buku "Pengujian Logam 2" terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1979. Buku itu sebenarnya mau di olah,, pas akan di cap di halaman tertentu, ketika buka-buka halaman, amplop itu memunculkan diri. Woooow,,, (kataku dalam hati) penemuan arsip masa jaman dahulu kala. Yang entah sengaja diarsipkan, dibuang, atau disembunyikan. Yang pasti, selama ini tidak terkait dengan kasus tertentu, detektif tidak akan tertarik untuk menyelidikinya :D

Kembali ke topik pembicaraan. Iseng-iseng ku baca kertas isi amplop itu. (Isinya tulisan oe). Amplop pertama yang bergambar kranjang buah. Ada 2 lembar kertas didalamnya dengan motif yang sama. Baca dan baca... paragraf pertama aku tergelak,, paragraf kedua berubah jadi senyum-senyum sendiri. Dan paragraf ketiga aku jadi manthuk-manthuk. Apa gerangan isinya?? Surat Cinta :D

Karena sudah tau isinya, aku sebut bukan amplop, tapi surat. Yah,,, surat ini dari seorang siswi (kala itu). Sebuah jawaban. Surat balasan gitulah. Jawaban dari pernyataan cinta. Dan tampaknya, itu jawaban yang menggembirakan bagi si siswa. Menggembirakan juga buatku, karna surat itu cukup membuatku merasa riang hati hari ini.Ditulis dengan tinta warna biru, bahasa yang sumringah dan percaya diri serta berpandangan bahwa masa depan adalah hari-hari penuh kebahagiaan.

Amplop yang kedua yang bergambar lelaki keren, isinya surat juga. Berbeda dengan surat yang pertama, yang kedua ini isinya membuat gelisah dan agak menyakitkan. Hanya selembar kertas dan sebuah pembatas buku. Ditulis dengan tinta warna merah, bahasa yang agak beremosi dan putus asa. Pembatas buku yang diselipkan, halaman mukanya ada 2 bait puisi dengan judul "Damba" dan bergambar seorang perempuan berambut panjang yang sedang sedih dan termenung. Lalu disebaliknya, tertulis juga kata-kata, masih dengan tinta merah. Agak emosi, tapi dibawahnya ada stiker bergambar seorang perempuan dengan tulisan 'Miss You"

Itu surat entah pada jaman kapan. Tidak tertulis tanggal pembuatannya. Hanya diketahui ada sebuah perangko kecil bergambar Presiden Kedua kita, dengan harga Rp.200. Jika dikaitkan dengan jaman sekarang, yah mungkin keduanya sedang galau XD. DI jaman itu, mungkin saja belum ada HP masuk desa/kota. Hubungan komunikasi jadi agak terhambat, apalagi jika long distance. Penuh dengan cobaan. (Aha,, sok tahu ya,, ~_~). Kalau memang mereka berdua berjodoh, mungkin saat ini mereka sudah menikah dan dikaruniai beberapa orang anak dengan kehidupan yang membahagiakan seperti warna tinta biru yang cerah menuliskan masa depan.. Jika memang tidak berjodoh, pasti mereka sudah menemukan jodohnya masing-masing dan sudah dikaruniai beberap anak pula. (haha,, lalu apa bedanya?) bedanya ya jodohnya.. XD

Well, apapun itu,, semoga keduanya bahagia dengan jalan kehidupan mereka yang sudah dipilih. 

Yupz,,, hari ini, cukup bercerita tentang surat saja yah,,, :D

Senin, 02 September 2013

Oto-San wa,,,

Oto-San wa bapak desu,,, 

Aku hanya ingin menuliskan tentang bapak, yang sangat berpengaruh dalam hidupku,,, :D

Untuk awal, dengarkan lagu 'Ayah' dari Koes Plus ini.

Ayah,,, 
Betapa kuagungkan, betapa kuharapkan
Ayah,,,
Betapa kau berpesan, betapa kau doakan
Ayah,,,
Betapa pengalaman, dahulu dan sekarang
Ayah,,,
Rambutmu tlah memutih, cermin suka dan sedih
Ayah,,,
Ceritakan kembali, riwayat yang indah waktu dahulu
Ayah,,,
Kutakkan bosan mendengar, riwayat waktu kau muda perkasa
Ayah,,,
kau dapat merindukan, kau dapat mengenangkan
Ayah,,,
Waktu terus berlalu, sampai ke anak cucu

Bukan papi, daddy, babe, bokap, bukan pula ayah. Sederhana saja. Aku memanggilnya 'bapak'.
Sejauh ini,,, beliaulah orang yang paling bijak yang pernah aku temui. Ya. Bukan Mario Teguh, bukan Ari Ginanjar, juga bukan Andre Wangsa. Mereka terlampau jauh untuk kutemui, juga tidak ada ikatan 'perasaan' antara aku dengan mereka. Mungkin, sebenarnya merekalah yang lebih bijaksana. Tapi, bapak lebih dekat denganku. Walau aku dalam diam, beliau tahu apa yang kurasakan. Terlebih jika aku membuka pembicaraan, ia kan antusias dan penuh dengan nasehat-nasehat yang menggugah jiwa. Yang berat dikemas menjadi ringan. Yang sulit dikemas menjadi indah hingga kesulitan itu tak terasa sulitnya.

Tentang bapak. Beliaulah orang yang paling ingin aku buat bahagia. Tapi bagaimana caranya? Orang bilang, jika anak bahagia maka orang tua juga kan bahagia. Lalu apakah sebaiknya aku berusaha untuk kebahagiaanku?? dan orang tuapun akan bahagia. Tapi kurasa bukan begitu caranya. Aku sedang belajar untuk tidak membuat kecewa. Satu kekecewaan yang kubuat untuk beliau, adalah tamparan terhebat dalam hidupku. Jadi, aku berusaha untuk tidak membuat kecewa. Aku ingin bapak bangga dan bahagia mempunyai anak sepertiku. (seperti cerita komik ya??)

Ingin kulakukan banyak hal untuknya. Ingin sekali melihat senyumnya terus mengembang. Seperti ia yang juga telah banyak membuatku terus mengembangkan senyuman.

Sewaktu kecil, setiap mau tidur, pasti didongengkan kisah nabi-nabi. Dengan gaya dongengnya yang khas yang melucu dan penuh ekspresi. Membuatku tak lupa akan kisah-kisah nabi sampai saat ini. Dan beliau juga mendongengkan hal yang sama untuk kedua adikku, dan aku,,,, ikut lagi mendengarkannya. Ini adalah moment kebersamaan yang tak terlupakan.

Ketika aku menginjak remaja.. beliau menjadi teman, mendengar kisah dari celotehan mulutku. Kisah cinta, persahabatan, kepahitan, dan seabrek yang lain. Ia dengarkan dengan seksama dan berikan nasehat dan solusi yang menggembirakan. Entah bermutu atau tidak ocehanku,, ia tetap mendengarkan. Sangat menyenangkan sekali 'didengarkan' itu.

Bapak itu multitalented. Piawai sekali memainkan gitar. Luwes banget tangannya menggambar. Penuh kreasi. Barang yang dimataku tak berguna menjadi 'wow' ditangannya. Aku ingat. Beliau dulu pernah membuat lemari sendiri, dan aku membantu ndempolnya. Pernah juga membuat tulisan kaligrafi di atas triplek (pesanan orang) dan aku ikut membantu mengecatnya. Adikku dibuatkan helikopter besar dari kardus. Juga robot-robotan besar dari bungkus rokok. Seng tipis yang gak kepakai disulapnya jadi tempat lampu yang nyeni. Ia pernah juga membuat gitar sendiri dengan bentuk panah asmara. XD. Waktu dulu membangun rumah, bapak merancang konbloknya, ia gambar, membuat alat pencetaknya, dan dibuatlah. Ada berbagai macam bentuk yang unik. Ia membuatkanku rak buku, membuatkan ibuk jemuran, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Ini belum apa-apa. Ini baru sedikit. Menceritakan tentangnya yang sekarang sudah berusia 56 tahun. Ini hanyalah beberapa menit dari puluhan tahun tersebut. 

Aku hanya ingin menuliskan tentang bapak, yang sangat berpengaruh dalam hidupku,,, :D

Gejolak Jiwa Kepustakawanan

~Gejolak Episode Pertama~

Otakku serasa berhenti bekerja. Tak terasah. Terdiamkan hingga banyak benang laba-laba yang meminjam tempat untuk menanam pathok rumahnya. Beku. Kaku. Dingin. Tak bergerak untuk merespon hal-hal yang menggelitik. Aiishhh...

Seperti itulah rasanya saat ini. 

Apakah aku bisa disebut 'pustakawan'? Secara pendidikan, mungkin bisa, karna memang benar aku lulus sekolah perpustakaan dan menyandang gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (SIP). Secara pekerjaan, mungkin bisa, karna saat ini aku bekerja di  SMK Negeri 2 Yogyakarta instansi pendidikan milik pemerintah, dan tergabung juga dengan Doctor Library. (lihat di sini). Sebuah perusahaan jasa yang saat ini masih baru lahir dan menunggu untuk diurus supaya berkembang dan berkembang.
 
Tapi,,,

Aku pribadi masih takut disebut dengan 'pustakawan'. Berat sekali rasanya. Tanggungjawabnya besar. Dan ini terasa sekali ketika sudah memasuki dunia kerja. Karna tentu saja dituntut untuk menjadikan perpustakaan menjadi lebih berfungsi dan difungsikan. Menilik kembali pengalaman selama bekerja di sini, sampai saat ini pekerjaan yang terlihat adalah penginputan data bibliografi ke dalam sistem. memang baru tahap awal untuk berkembang. Dan tahapan ini memang harus dilewati. Tapi ada yang mengganjal. Seperti ada yang salah dengan jalan pekerjaanku. Satu yang pasti, manajemennya kurang. 

Otak ini harus berjalan, memikirkan untuk perkembangan selanjutnya. Aku malu jika ditanya dan kemudian tidak bisa menjawab. Malu karna sepertinya ilmuku belum bisa terealisasikan ke dalam pekerjaan. Pekerjaanku jadi tampak meragukan. Padahal aku harus bisa bekerja secara PROFESIONAL. Meyakinkan! Mengembangkan perpustakaan dengan seluruh kemampuanku.

Menjadi pustakawan tidaklah mudah. Ini baru pekerjaan di perpustakaan. Sedangkan Ilmu Perpustakaan tidak hanya bisa direalisasikan di perpustakaan. Ada banyaaaaaak sekali yang harus dicari. Otak ini harus bekerja. Jiwa ini harus semangat. Hingga aku bisa dengan meyakinkan mengatakan bahwa aku adalah pustakawan. Pustakawan yang benar-benar agen of change. Pustakawan yang open minded. Pustakawan yang bisa ambil bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Wahai otak, jiwa, dan ragaku,,, banguuuuun! 

Berkawan IT untuk Kemajuan

Judul                : Teknologi Informasi dan Fungsi Kepustakawanan Penulis              : Rhoni Rodin Penerbit            : Calpulis ...