Rabu, 02 September 2015

50 Komik Sufi



Judul         : 50 Komik Sufi
Komikus   : @owobo
Penerbit    : Jakarta / Zaman / 2014
ISBN        : 978-602-1687-42-0

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Belajar tasawuf, tidak melulu rumit dan penuh pemikiranmendalam. Komik ini memberikan sebuah pelajaran melalui kisah hanya dengan 1-2 lembar saja, namun, efek dari komik ini sangat mengena dan terngiang-ngiang. Di bawah ini adalah beberapa foto dari isi komik.

 Gambar di samping mengajarkan bahwa ketika kita memandang sesuatu dan beropini, tergantung dari sudut pandang kita, dan sudut pandang tersebut memperlihatkan siapa sebenarnya kita.

Salah seorang murid sufi, mengatakan bahwa perempuan itu sama halnya dengan sepatu, seorang lelaki bisa melepaskan dan menggantinya dengan yang menurutnya lebih bagus.

Sufi membenarkan hal tersebut.

Namun kemudian, sufi mengatakan bahwa orang yeng melihat DIRINYA seperti KAKI, ia akan melihat wanita ibarat ALAS KAKI.
Dan, jika seseorang melihat DIRINYA sebagai KEPALA, ia akan melihat wanita laksana MAHKOTA.





Gambar di samping mengajarkan tentang meramal masa depan.
Seseorang mengatakan kepada sufi bahwa dirinya mampu meramal masa depan. Ia tahu apa yang akan terjadi pada sufi.

Tiba-tiba, Sufi menamparnya.
Peramal tersebut marah!

Dan dengan tenang, sufi mengatakan, bahwa bukankah ia mampu meramal masa depan? Seharusnya ia tahu bahwa ia akan ditampar dan seharusnya ia menghindar.




Simpel bukan? Dalam buku ini ada 50 judul dengan 50 kisah hikmah yang sangat mengena dalam keseharian kita. Buku ini memang kecil, tapi sangat sarat akan makna. Tidak membosankan untuk dibaca. Sangat cocok untuk menjadi bacaan pilihan.

Selamat Membaca \(^0^)/

Selasa, 01 September 2015

Seberapa Pantaskah Saya,,,?


       Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu 
       Cukup indahkah dirimu untuk s'lalu kunantikan
       Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku
       Mampukah kita bertahan disaat kita jauh

       Seberapa hebatkah kau untuk kubanggakan 
       Cukup tangguhkah dirimu untuk s'lalu kuandalkan 
       Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang 
       Sanggupkah kau meyakinkan disaat aku bimbang

Sembari input buku, sembari bermusik. Terdiam sejenak ketika lagu "Seberapa Pantas" milik Sheila On 7 memutar. Awalnya menikmati, tapi semakin menikmati, muncul konsleting-konsleting kecil hingga menuju pemikiran tentang seberapa pantaskah saya?

 Kaitannya dengan masa depan sesungguhnya,
Jika saya menginginkan enaknya hidup di alam kubur,,, seberapa pantaskah saya untuk mendapatkannya?
Jika saya menginginkan sukses melewati sirotol mustaqim,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan surga,,,, seberapa pantaskah saya?
Karena saya merasa belum pantas, maka saya harus memantaskan diri untuk mendapatkannya!

Kaitannya dengan masa depan di dunia ini,
Jika saya menginginkan menjadi manusia wajib,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan mampu menjadi pribadi yang bijaksana,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkn buah hati,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan menjadi dosen,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan beasiswa kuliah ke Jepang,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan menjadi pustakawan yang multitalented,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan menjadi penulis,,, seberapa pantaskah saya?
Dan karena masih banyak jika-jika yang lainnya,,,
Serta karena saya merasa belum pantas, maka saya harus memantaskan diri untuk mendapatkannya!

Memang benar bahwa saya harus memantaskan diri lebih banyak. Misalkan saja, jika saya benar-benar ingin menjadi seorang dosen, sedangkan kondisi saya, saya belum pernah dan belum berpengalaman mengajar, saya kurang meguasai bahasa inggris, saya masih belum pandai berbicara di depan umum, saya belum memiliki publikasi baik lokal, nasional apalagi internasional, saya masih belum bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, saya masih sangat kurang membaca, saya masih sangat kurang menulis, saya sangat sedikit memiliki channel, saya masih kurang percaya diri, saya masih kurang bisa tersenyum lepas, saya masih belum bisa memutuskan solusi secara bijak, saya masih banyak kekurangan,,,
Maka,,,
Cara memantaskan diri saya adalah dengan mencukupi, atau melebihi kekurangan-kekurangan saya yang menjadi penghambat saya menjadi seorang dosen. Saya harus banyak membaca, menulis, membuat presentasi, berbicara di depan umum, belajar bersosialisasi, memahami maysrakat, membangun kerjasama, dan banyak lagi yang lainnya,,, hingga pada suatu waktu, Allah meluluskan saya, dan  membukakan pintu gerbang untuk saya menuju keinginan saya menjadi dosen.


Berkaca diri, dan melakukan berbagai hal yang akan membuat pribadi ini pantas untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Berusaha dan berdoa. Bismillah,,, insya Allah, Allah meridhoi hal-hal positif yang dilakukan hamba-Nya.



Senin, 31 Agustus 2015

Mencipta dan Menggunakan Produk Lokal


Seorang siswa datang ke meja sirkulasi. 
Siswa : Mbak, perpanjang buku.
Saya  : Ok! gak terlambat kan?
Sembari menjawab "tidak" siswa tersebut mencoba mengintip komputer yang saya gunakan untuk proses sirkulasi.
Saya  : sudaaah.
Siswa : (muka agak kecewa) makasih (berlalu pergi)

Istirahat kedua, siswa tersebut datang lagi dengan membawa sebuah buku ke meja sirkulasi.
Siswa : Mbak, peminjaman maksimal berapa buku kah?
Saya  : empaaat :D
Siswa : yes, aku tambah satu masih bisa kan?
Saya   : bisaaa,,,
Siswa  : mmmm,,, mbak, boleh lihat pemorosesannya???
Saya   : boleh boleh,,, sini sini,,,
Siswa  : (mengamati dengan seksama)
Saya   : selesaaai,,, mudah kan?
Siswa  : mbak, itu dulu softwarenya beli berapa?
Saya   : 25 juta 
Siswa  : HAaaaaahhhhHH!!! Mahal BANGEETT!! Padahal itu anak SMK aja bisa buatnya lho mbak.
Saya   : Iya ya,, padahal yang gratis juga ada lho. Kenapa gak pake yang gratis aja ya? Ato buat sendiri, produk sendiri, kan malah hebat ya, bisa disesuaikan kebutuhan SMK juga.
Siswa  : Iya mbak,,

Seorang teman siswa tersebut datang, 
Teman : Ada pa?
Siswa  : Itu, Softwarenya harganya 25 juta! Mahal tenan.
Teman : Hhaha, kamu punya software apa? yok dijual, laku mahal.

Waoww,, percakapan yang keren bangett. Buat saya tentunya. Saya tidak tahu sih standar harga software itu berapa. Buat saya sendiri itu sangat mahal. Mengingat waktu kuliah diberitahu serta dilatih untuk menggunakan software perpustakaan yang opensource. Biaya pembelian software bisa digunakan untuk kemajuan yang lain. ketika saya masuk perpustakaan di sini, software yang berbayar ini sudah terpasang. Kelebihan dari software berbayar ini adalah jika ada suatu masalah, bisa langsung call ke pengembangnya. Mungkin, pihak peprustakaan atau pihak sekolah tidak mau banyak mengambil resiko jika kehilangan dta atau apapun itu yang berkaitan dengan perpustakaan. Mungkiin,, hehehe. Tapi,, saya menikmati sih software ini. Dan jika seandainya saya datang belum ada software, ya kemungkinan besar saya pakai software opensource.

Anak SMK terutama jurusan Teknik Komputer Jaringan saya akui memang TOP BGT. Bener nih. Suatu waktu, saya pernah dimintai tolong seorang siswa dan guru pendamping untuk melihat-lihat dan menerangkan sistem otomasi perpustakaan. Siswa tersebut akan mengikuti lomba pembuatan aplikasi untuk sekolah, dan ia membuat aplikasi untuk perpustakaan. Saya jelaskan apa yang ia ingin ketahui, dan saya pinjamkan khusus buku-buku dengan jumlah sesuai kebutuhannya dengan tenggang waktu khusus. Daaaann,,, ia mendapatkan juara SATU, dan didaulat untuk maju ke jenjang NASIONAL. 

Keren bukaaan??? anak SMK mampu membuatnya. Dengan dibantu oleh orang perpustakaan, ia akan mampu membuat aplikasi yang sempurna untuk perpustakaan. Tidak harus membeli dari luar negeri atau dari manapun yang berharga sangat mahal. Dari sekelumit pecakapan tadi, saya tahu bahwa banyak anak-anak yang cerdas yang cermat, mau dan mampu mengembangkan potensinya. Dan sesamm bangsa Indonesia, seharusnya kita juga menggunakan produk buatan anak bangsa sendiri. 

Yuppp,, itu saja. Hanya mencoba menuangkan apa yang ada dalam pikiran. Banyak salah, itu murni dari otak saya yang masih perlu banyak membaca untuk berkembang. 

Mata Ashita,,,

Kamis, 27 Agustus 2015

Kepustakawanan-ku, Where R U?




"Ketika yang namanya "Pustakawan" tapi cm bisa klasifikasi dan peminjaman. Dimanakah letak kepustakawanan itu? Yg notabene sebagai jembatan informasi. Informasi apaa saja yg telah diolah? Lalu skill licency kompetensi (bukan kemampuan dasar) apa yg diperoleh selama kuliah? Ijasah saja?" -- | Misbahul Munir | Facebook | 27-8-2015 | --

Nah lho,,,
Bener banget apa yang diomongin teman seangkatanku kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan ini. Ketika pekerjaan sehari-hari kita yang terlihat hanya seputar klasifikasi dan manajemen perpustakaan, apalagi hal yang lainnya???
Ini status yang menohok untuk jiwa saya yang notabene anak yang dilahirkan untuk kemajuan perpustakaan dan dunia literasi. Sedikit menyimpang, Naruto adalah anak yang diramalkan mampu mengubah masa depan. Dan ramalan itu benar-benar terjadi. Mengapa??? Karena Naruto memiliki prinsip dan tekad yang kuat, meski lingkungan banyak yang tidak mensuportnya. Namun ia mampu mengubah lingkungannya tersebut menjadi suport paling besar. Kalau menurut buku Remaja Revo yang kemarin habis di bahas, Naruto bisa berhasil salah satunya karena ia berhasil berperan seperti katak tuli. Kok katak tuli? (Pingin tahu lebih banyak? baca dulu bukunya yo!). 

Yosh! Kita semua adalah anak yang diramalkan. Harus mampu mengubah masa depan. Salah satunya dengan cara kembali melihat kepada diri tentang apa yang kurang dalam diri sehingga jiwa kepustakawanan memberontak??? Mari kita gali apa kehebatan kita yang lain. Yakin bahwa di dalam diri pustakawan ada jurus-jurus hebat dari raksasa yang belum terbangunkan.

Saya pribadi, akan mencoba untuk terus aktif membaca dan menulis, sehingga pikiran akan terbuka dan mampu membaca keadan sekitar dan kemudian tahu apa yang harus dilakukan lebih lanjut untuk menyalurkan jiwa kepustakawanan. Mencoba untuk share informasi yang relevan untuk komunitas perpustakaan. Ya. Membuat blog ini adalah salah satu hal yang terpikirkan oleh saya.

Terakhir, pada teman-teman pustakawan, khususnya pada saya sendiri, mari bulatkan tekad untuk memajukan dunia pustakawan menjadi dunia yang mampu mengubah keadan bumi yang sudah berbaur dengan berbagai virus. Smeoga kita mampu menjadi antidotnya.

Rabu, 26 Agustus 2015

Dari Rasa Bosan, Sampai dengan Ide Cemerlang


Tidak ada yang istimewa di hari ini. Pekerjaan berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi yang biasa-biasa ini membuat timbulnya sedikit kebosanan. Rasa kebosanan kemudian memberikan konsleting ke dalam pikiran. Melihat keadaan, dan mencoba mencari kesalahan, dan kemudian mencari kambing hitam yang tak sengaja muncul di benak.

Dan itulah yang terjadi hari ini.

Permasalahan pertama,,,
Seperti hari-hari biasa, banyak pengunjung (siswa) datang ke perpustakaan. Check in, dan kemudian menghambur ke meja panjang di belakang. 
Kenapa sih mesti pilih tempat di belakang sono?
Memang sih itu disediakan untuk digunakan, tapi wong yang di depan, yang pencahayaannya bagus, dekat dengan buku-buku, banyak dan belum terduduki. Hmmm,, apakah karena terpantau langsung petugas, sehingga banyak yang tidak memilih duduk di situ?

Kondisi yang lelah akan memunculkan pikiran negatif. Dan pasti kemudian menyalahkan pengunjung tentang pilihan tempat duduk. Yoooooishhh,,, hancurkan pikiran negatif, memang di belakang kondisi lebih tenang dan nyaman, jadi banyak yang bisa fokus jika memilih duduk di sana. Toh juga, masih terpantau lewat CCTV. Pikiran jelek satu berhasil terbrantas,, yeah!

Permasalahan kedua yang muncul.
Perasaan, sudah cukup banyak buku baru yang menarik karena memang buku-buku selera remaja, tapi,,,, kenapa masih banyak pengunjung yang check in, tapi tidak menyentuh apalagi membaca atau meminjam buku? Mereka lebih banyak mengeluarkan charger HP, dan kemudian asyik bermain dengan memanfaatkan Wifi. Atau mengeluarkan laptop dan browshing, searching, download lagu ataupun film. Kalau lihat hal seperti ini,,, konsleting semakin menjadi, dan rasanya kepala sudah mendidih sampai keluar uap-uapnya,,, Huaaaaaahhh!!!
Kalau dipikir-pikir wajar juga sih, karena saia sendiri dulu juga melakukan hal yang sama ketika di perpustakaan (haha,,, ketahuan). Wong ya ada wifi, ya dimanfaatkan. Tapi memang tidak bijak jika hanya menyalahkan pengunjung. Masih perlu banyak evaluasi, dimana letak kesalahan pihak perpustakaan sehingga pemandangan yang seperti itu terlihat wajar,,, entah koleksinya, SDMnya, fasilitasnya, ataukah hal lain. Ini menjadi PR untuk perpustakaan. Ada saran??? Pikiran jelek dua berhasil di brantas, dan memunculkan PR evaluasi,, yeah!

Apakah memang benar, siswa sekarang lebih menyukai internet daripada buku? Sudah ada yang meneliti belum ya? Oh iya, bisa nih, sembari mengerjakan tugas perpustakaan, sembari penelitian kecil-kecilan. nah lho,,, malah ada ide kan? 
Oke,, PR selanjutnya, rancangan penelitian yang bisa di terapkan di perpustakaan.

Sekian untuk hari ini, akhirnya, karena bosan, berpikiran negatif, mencoba menetralkan, menulis, dan berakhir dengan ide. CLING! Semoga ide tidak mengendap, tapi segera teraplikasikan.

Mata Ashita,,,

Selasa, 25 Agustus 2015

Remaja Revo


Judul      :  Remaja Revo: tekad pantang menyerah
Penulis   :  Purnadina
Penerbit :  Yogyakarta / Leutika / 2010
Kolasi    :  164 hlm.; 19 cm.
ISBN     :  978-602-8597-27-2


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 Bukan novel bukan sihir, juga bukan novel sihir, tetapi buku ini mampu membangkitkan gejolak jiwa semangat hanya dengan sekali baca. Yup, Remaja Revo adalah buku dengan genre motivasi yang dikemas remaja banget oleh Purnadina.

Enak, renyah, dalem, menohok, tapi menyenangkan dan me-refreshkan hati dan pikiran. Buku ini cocok untuk para remaja-remaja yang galau dengan masa depan, krisis kepribadian, patah semangat, dan sangat cocok untuk remaja (maupun yang bukan remaja) yang sedang dalam pencarain jati diri.

Buku ini memuat 20 sub bab. Sub bab tersebut saling berantai dari awal hingga akhir. Dari membangunkan raksasa hingga menerima dunia apa adanya. Purnadina mengemas buku dengan sangat detail. Setiap sub bab berisi dengan judul dengan pemilihan kata-katanya sangat menggairahkan, dilanjut dengan kata mutiara / kata motivasi dari orang-orang besar di dunia, kemudian sekelumit uraian nasehat yang terkait erat dengan kata motivasi sebelumnya. Nasehat ini meski sekelumit tapi benar-benar padat akan makna yang teraplikasi dalam kehidupan remaja sehari-hari. Bahkan, Purnadina juga menambahkan kebiasaan-kebiasaan remaja yang seringkali muncul. Setelah sekelumit nasehat, kemudian ditambahkan kisah. Kisah inilah yang sangat mengena. Seolah-olah Purnadina memberikan contoh aplikasi sebenarnya tindakan dalam dunia nyata. Di belakang kisah, tidak lupa selalu ada hikmah di balik kisah. Hikmah ini menerangkan lebih lanjut tentang kisah yang telah dipaparkan. Setelah semua tertuang, kemudian ada komitmen diri untuk melangkah, yang berisi "langkah apa aja yang harus dilakukan!". Jelas dengan paparan semua itu, Purnadina masih menambahkan komik strip yang berasal dari kisah sebelumnya. 

Hmm,,, menarik bukan cara penulisannya? Mulai dari menyuruh melakukan (judul), memberikan kata yang baik (kata mutiara), memberikan nasehat, mencontohkan dengan kisah, memaknai kisah, dan memberitahukan langkah selanjutnya, juga hiburan komik strip. Runtut, dan menjadikan renyah sekali. Kata-kata yang digunakan juga santai sehingga remaja tidak akan lelah membaca buku ini sekali habis.

Remaja Revo ini memberitahukan kepada kita bahwa kita harus membangunkan raksasa yang ada dalam diri pribadi kita. Raksasa ini lah yang sebenarnya adalah bakat terpendam kita. Setelah membangunkannya, kita harus selalu rutin mengasah sehingga semakin tajam dan sempurna. Untuk lebih hebat lagi, kita perlu mencari nasehat yang tepat, dan ingat, meski banyak nasehat yang kita terima, kita harus saring itu semua, karena yang tahu tentang kita adalah kita sendiri. Yes, nasehat paling tepat adalah dari diri sendiri. Selalu menasehati diri, dan jadilah orang yang bermimpi untuk mengepakkan sayap hingga tinggi dan menguasai hal yang berasal dari bakatmu. Jangan hanya mau hidup seperti air mengalir. Ambillah resiko dan gali akan kedalaman kemampuan bakatmu, dan optimislah! Jangan perdulikan apa kata orang yang akan menghancurkanmu, maksimalkan penggunaan waktu, karena waktu adalah hal yang paling berharga, dan dalam waktu-waktu tersebut, bertindaklah dengan penuh cinta, karena cinta akan membawa kesuksesan yang indah. Belajarlah menjadi bijak. Bijak bertindak, berucap, berfikir, merasa, bijak pada diri, orang lain, dan alam. Bertekadlah pantang menyerah, dan jangan pernah menunda apa yang telah kamu rencanakan. Semangat dan yakinlah, maka ketakutan mu akan resiko akan hilang. Fokus pada tujuan, tapi jangan lupa untuk tersenyum dan tertawa pada sesama dan lingkungan sekitarmu, kejarlah masa depan dengan berpijak pada masa lalumu, dan terakhir terimalah apa adanya apa yang terjadi di duniamu.

Yup,, itu adalah ringkasan kecil dari sebuah buku yang hebat. Membaca ringkasan tidak akan membuatmu puas dan paham, So,,, cari bukunya, dan bacalah hingga selesai, lalu bangunkan raksasa yang tengah tidur dalam dirimu!!!

Senin, 24 Agustus 2015

Bahwa Buku Itu Penting, dan Pustakawan Itu Sangat Penting


Ya,,, Harro,,!!! (^_^)
Akhirnya telah sadar dari koma yang sudah cukup lama.

Shift telah kembali mulai bekerja. Dan hari ini saia masuk siang. Yes. 09.00 s/d 16.00. Yes. Pulang dengan tatapan matahari yang teduh dan hangat. Juga hilir mudik pengemudi yang sedikit tidak menentu.
Pada dasarnya saia senang sekali berlaku sistem shift. Ya karena pekerjaan rumah di pagi hari bisa tercover. Hmmm juga tidak banyak menolak siswa yang datang ke perpustakaan. Satu hal lagi, karena di X-banner tertulis "buka sampai jam 16.00" jadi ketika bener-bener sudah di shift, bener-bener bisa pulang jam 4 sore, berasa bukan pengkhianat. Sebenarnya tahun ajaran kemaren sudah berlaku shift, tapi kemudian terjadi penggantian kepala sekolah, dan ada beberapa kebijakan menjadi mandeg, salah satunya sistem kerja shift. Sempet awal bulan juli sampai dengan kemaren tanpa shift, dan ketika melihat X-Banner di depan, kok rasanya jadi pengkhianat ketika pulang jam 14.00. Huhuhuhu,,, dan alhamdulillah sekali, sekarang lega sudah bisa pulang jam 4 sore. Yeay! Jaya Perpustakaan! Jaya Pustakawan! (^_^)

Kok gak nyambung sama judul ya????
Sebenarnya bukan mau ngomongin hal di atas?
Ok, kembali ke judul,,, lets go,,,!

Telepon berdering. Dan Saia sedang meregangkan badan, tarik ulur tangan kaki di balkon perpustakaan setelah sedari siang (kan masuk siang ya,,) duduk mantengin komputer buat input buku sumbangan siswa yang jumlahnya ribuan,,,mata lumayan segar dan kekakuan tubuh mulai sirna,,

Pak T (maav nama dibuat inisial saja) yang menerima telepon tiba-tiba melambaikan tangannya ke arah saia, persis ketika menyerah dalam uji nyali. Dan berlarilah saia menuju telepon.
"Dari mana pak?"
"Ruang 1"
Whatttttsssss!!!!! Itu Ruang kepala sekolah. Belum juga menempelkan gagang telepon, jantung udah menggedor-gedor. Dan dengan agak gugup berlagak santai juga berlagak resmi, saia menjawab pertanyaan telepon. Hmmm,,, pada intinya, ada tamu dari Jakarta, dari Direktorat apa gitu (saya lupa namanya) mau bertanya-tanya tentang perpustakaan. Dan saia harus menjawabnya secara langsung. Mohon untuk menuju ruang 1.

Panik. Belum pernah masuk ruang 1. Bismillah,,, tenang dan pasti bisa! Rasanya benar kayak mau ujian pendadaran.

Singkat cerita, ternyata yang dipanggil bukan hanya saia. Ada dari perwakilan guru (2 orang), perpustakaan (saia sendiri, ehm), dan 3 siswa (dari jurusan berbeda). Pertemuan di adakan di ruang rapat 1. Tamu dari Jakarta ada 3 orang (2 ibu-ibu, dan 1 bapak-bapak). Mereka ingin mengetahui lebih lanjut tentang kurikulum 2013 yang sudah dilaksanakan di SMKN 2 Yogyakarta. 3 orang tersebut di bagi, satu menangani guru, satu menangani perpustakaan, dan satu menangani siswa.

Bagian saia, tentang buku-buku kurtilas yang datang. Apakah sudah sesuai dengan jumlah murid? Apakah sudah sesuai dengan guru? Apakah pengirimannya terlambat? Apakah kurang? bagaimana sistem peminjamannya, pengembaliannya, dan lain-lain-lain-lain sebagaianya. Dan alhamdulillahh,,, lancar jaya tanpa kurang suatu apapun.

Dari sini saia mau menyimpulkan bahwa mengapa perpustakaan masuk dalam keperluan tinjauan ulang. Karena buku-buku itu adalah pedoman dan kerangka untuk siswa dan guru menjalankan sistem pembelajaran. Jika buku-buku mendapat masalah, pembelajaran juga akan bermasalah. Contohnya saja, ketika pengiriman buku kurtilas yang notabene harus sudah digunakan Juli tapi pengirimannya sampai bulan September, maka itu akan menjadi masalah, bagi siswa, guru, dan perpustakaan! Ya, perpustakaan juga andil, karena kemudian proses buku tersebut harus diminta cepat karena keburu mau dipakai. Alhasil, proses dengan cepat, dan kadang kala yang harus cepat itu sedkit meninggalkan ketidakbenaran (maksudnya, mesti ada kekeliruan sedikit. Sedikit aja.) Nah, itulah pentingnya buku. Dan siapa yang memprosesnya, meminjamkannya, dan mengatur bagaimana supaya semuanya terkendali,,,, that is LIBRARIAN! Yo! pustakawan itu sangat penting di sini! Ketika buku belum datang, saia teramat sering mendapatkan  pertanyaan "Mbak, buku kurtilas untuk kelas X/XI/XII sudah ada? sudah siap?" 

Yah,, itulah sedikit cerita tentang buku kurtilas, guru, siswa, peprustakaan, dan pustakawan.
Di panggilnya saia untuk menjawab pertanyaan tamu dari Jakata tadi membuat saia semakin sadar bahwa buku itu penting, dan pustakawan itu sangat penting. Dan saia adalah seorang pustakawan. Maka saia,,,,,,(^_^)

Mata Ashita,,,

Sabtu, 24 Januari 2015

Proud to be a Librarian

^_^          ^_^          ^_^

Tugas kami selanjutnya adalah melakukan riset perpustakaan untuk mendalami latar sejarah Indonesia tahun 1965 dan bagaimana Pemerintah Amerika melihat Indonesia saat itu. Meskipun kali ini kami tidak perlu tumpangan tapi Mas Garuda tetap memaksa untuk mengantar. Tujuan riset kami pertama adalah perpustakaan yang konon paling lengkap sedunia, Library of Congress atau LOC. Perpustakaan yang terletak di belakang Capiton Hill ini didirikan tahun 1800. Hebatnya, koleksi LOC terus tumbuh, tercata lebih dari 100 juta item ada di dalam katalognya, yang terdiri dari puluhan juta,  buku, film, kaset, microfilm, dan bahkan tablet batu yang berasal dari 2000 tahun sebelum masehi.

Kami berjalan melintasi ruangan perpustakaan di Gedung Congress yang berdinding pualam. Aku menengadah mengagumi langit-langit berlekuk dan tiang-tiang kekar bergaya Yunani. Kami sampai di loket peminjaman yang dijaga seorang perempuan kulit hitam dengan rambut keriting ikal dan wajah mirip Janet Jackson.  “Hi, my name is Bonnie. How can I help you, Sir?” sebuah pin besar tersemat di kelopak bajunya bertuliskan I am proud to be a librarian.

Profesor Deutsch pernah bilang bahkan kita bisa menemukan buku-buku tua yang sudah tidak ada di Indonesia. “Buku pelajaran ‘Ini Budi’ saja ada,” katanya. Mana mungkin? Tapi aku mau mencoba memasukkan kata kunci ke dalam katalog digitalnya. Banyak sekali buku tentang CIA dan juga sejarah Indonesia di masa Orde Lama. Di katalog aku juga menemukan Al-Quran terjemahan bahasa Inggris yang pertama dan Didjempoet Mamaknja, novel karya Buya Hamka yang terbit tahun 1962 yang selama ini sulit dicari. Aku ingat, ayah pernah bercerita bahwa novel ini bercerita tentang beberapa kelemahan pelaksanaan adat di Minang.

Ada pula Kamoes Bahasa Minangkabaoe-Bahasa Melajoe-Riaoe, karangan M. T. Sutan Pamuntjak yang diterbitkan di Batavia oleh Balai Pustaka tahun 1935, Majalah Panji Masyarakat edisi lama yang memuat gambar kampungku di Maninjau, serta buku Alam Takambang Jadi Guru karangan A. A. Navis.

Aku serahkan kertas yang berisi daftar buku yang aku cari kepada Bonnie. Beberapa menit kemudian dia datang membawa setumpuk buku-buku perminataanku. Ajaib, buku Hamka yang terbit sebelum aku lahir itu kini terpegang di tanganku. “Kami punya koleksi lengkap hampir semua buku karangan Hamka ini di sini’” Kata Bonnie seakan dia kenal dengan Hamka.

“Ayo Mas, mau pesen buku apa?” tantangku ke Mas Garuda.
“Mereka punya majalah Indonesia lama gak? Kayak Si Kuncung
“Coba aja.”

Dalam sekejap Bonnie kembali datang dengan sebuah bundel besar. Majalah Si Kuncung dari tahun ’60 sampai ’70. Mas Garuda langsung tergagap-gagap membalik-balik halaman. “Saya jadi ingat dulu sering membacakan cerita-cerita majalah ini untuk Danang.” Katanya dengan suara tercekat.

Sedangkan Dinara bersuka ria mendapatkan buku tahun 1983 yang sudah lama diincarnya, The Making of Tintinoleh Herge.

Aku terbungkuk-bungkuk berterimakasih kepada pustakawan ini. Dia tertawa ringan sambil bilang, “It is always nice to match a book with a person.” Senangnya menjodohkan buku dengan orang. Tidak ada yang lebih penting daripada riset yang baik untuk wawancara dan menulis. Dan tidak ada riset yang baik kalau tidak ada tenaga pustakawan yang berdedikasi.

Dengan agak narsis, aku iseng mengetik namaku sendiri di katalog elektroniknya. “Dinara, lihat ini!” teriakku menunjuk layar komputer yang berkedip-kedip. Bangga juga rasanya melihat namaku, dan juga Dinara, muncul sebagai tim penulis beberapa laporan investigasi yang diterbitkan oleh majalah Derap. Ternya kami punya potongan juga untuk masuk dalam katalog koleksi perpustakaan yang luar biasa ini.

^_^          ^_^          ^_^

Novel                    : Rantau 1 Muara
Penulis                 : Ahmad Fuadi
Penerbit               : Gramedia

Halaman              : 284-286 

Minggu, 18 Januari 2015

Tenaga Perpus Desa akan Dikuliahkan Gratis

Daily  --  Tribun Jogja
Edisi   --  Senin, 19 januari 2015
Hlm    --  15 : Jogja Life
Judul   --  Tenaga Perpus Desa Akan Dikuliahkan Gratis



Kabar bahagia untuk para relawan pustaka di desa-desa. Bersorak gembiralah para pecinta buku di seluruh polosok kampung di Yogayakarta. Hip-hip,,, hoorayyyy!

Tahukah kalian? BPAD DIY menyediakan 3,2 milyar untuk pembangunan perpustakaan baru di 86 desa tahun 2015 ini!
Tahukah kalian? Untuk relawan pustaka di setiap perpustakaan desa akan dikuliahkan gratis!
Tahukah Kalian? Selain kuliah gratis, lulus nanti langsung ditempatkan di perpustakaan desa!
Tahukah kalian? Gaji yang direncanakan senilai UMK!

Woa,,,, siapa yang tidak mau? dapat ilmu, dapat pahala, dapat ilmu gratis lagi di perpus. Yook persiapkan diri buat menghadapi program BPAD ini. ^_^

Yogyakarta sedang mengembangkan perpustakaan digital. Koleksinya beragam, mulai dari naskah kuno kraton dan pakualaman, koleksi perpustakaan kirti griya Taman Siswa, dan Jogjasiana. Berkat adanya danais akhirnya naskah-naskah kuno tersebut bisa didigitalkan. Lebih awet, dan lebih mudah diakses, dan tidak merusak koleksi aslinya.


Jumat, 16 Januari 2015

Pernah Bercita-cita Jadi Pustakawan

Daily  --  Tribun Jogja
Edisi  --  Sabtu, 17 Januari 2015
Hlm   --  8 : Celeb Life Style
Judul  --  Pernah Bercita-cita Jadi Pustakawan


"Saya sangat gemar membaca buku. Entah kenapa saya akhirnya terjun ke dunia akting. mungkin karena saya bisa merealisasikan karakter yang saya baca melalui berakting"

JULIANNE MOORE. Seorang aktris pemenang Golden Globe. Tiga nominasi Oscar dan tiga piala Golden Globes menjadi bukti mahirnya Julianne dalam berakting. Selain itu, ia juga dinominasikan sebagai aktris terbaik untuk film komedi dan musikal. Sangat jarang aktris mendapatkan nominasi ganda pada kategori terbaik. Tampaknya, memang Julianne patut diacungi 4 jempol. :D

Seperti apa yang diungkapkannya di atas, bahwa Julianne sangat gemar membaca buku. Dan seperti yang dikutip dari Tribun, bahwa ia bercita-cita menjadi seorang pustakawati. Namun, apa yang terjadi? Justru ia menjadi aktris handal yang dapat berdiri di hamparan karpet merah. Julianne mengira hobinya membaca buku akan mengantarkan ia kepada profesi pustakawan, yang tentu sangat ia idam-idamkan. Saya sangat tahu bagaimana rasanya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan hobi. Yap,, pekerjaan akan terasa menyenangkan, dan hidup terasa sangat ternikmati. :D Bagaimana dengan kalian?

Julianne tidak mengira, ternyata hobinya membaca buku justru menggiringnya menjadi seorang aktris. Namun, ia menyadari bahwa kemungkinan besar, ia dapat menjadi aktris karena ia mampu merealisasikan karakter tokoh yang ada dalam naskah-naskah filmnya. Saya berasumsi bahwa kemampuan Julianne dalam merealisasikan karakter tersebut secara alami telah terpupuk sedikit demi sedikit mulai dari ia pertama kali membaca sampai dengan entah berapa bacaan yang telah dibacanya. Membaca membuat kita berimajinasi bebas tentang bacaan kita, meski terarah pada plot yang sudah dibuat oleh penulis, namun kita bebas menggambarkannya seperti apapun itu. Julianne Moore, saya rasa kemungkinan ia telah belajar dengan sangat baik melalui kemampuan membaca dan berimajinasinya. Yah,,  terbukti kan, bahwa membaca tak hanya sekedar mengisi waktu luang, tapi juga mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Profesi apapun itu, butuh MEMBACA. Setuju bukan?

Ngomong-ngomong tentang kemampuan membaca seseorang, saya kok jadi teringat satu buku. Judulnya Libri di Luca. Buku itu bercerita tentang kemampuan-kemampuan yang terkait dengan membaca. Penasaran? hahaha. Memang dibuat penasara kok. Ok, lain kali saya pasti akan menuliskan tentang buku itu. Untuk sekarang ini,,, satu kata yang bisa saya suarakan. LETTO!

(Aih aih,,, bilang "Letto!" kok saya jadi teringat satu buku lagi. Judulnya "Bacalah!") ^_^

Sabtu, 10 Januari 2015

Whisper of the Hearth : kisah Shizuku, si kutu buku yang suka menulis

Whisper of the Hearth : kisah Shizuku, si kutu buku yang suka menulis

Film ini merupakan film animasi Jepang buatan Gibli Studio tahun 1995. Menceritakan kisah Shizuku Fukushima (tokoh utama) dan Seiji Amasawa. Sesuai dengan judulnya, film ini bergenre film romantis. Lalu, kenapa saya jadikan bahan tulisan di blog? Haik! Shizuku dan Amasawa sama-sama seorang yang cinta buku dan perpustakaan. Lebih dari itu, Shizuku juga suka menulis. Banyak tampilan tentang buku dan perpustakaan di dalamnya. Berikut ceritanya kawan,,,,

Cerita bermula ketika Shizuka menemukan nama Seiji Amasawa dalam kartu buku yang ada di buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Beberapa buku yang dia pinjam, selalu ada nama tersebut. Shizuku pun membayangkan seperti apakah Seiji Amasawa itu. Ia memerikasa buku-buku di perpustakaan, dan tahulah ia bahwa Seiji lebih gila buku daripadanya. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan seorang laki-laki yang memungut buku yang ia tinggalkan di kursi dekat lapangan sekolah. Anak itu tak lain adalah Seiji. Namu, Shizuku mengetahuinya jauh setelah itu, yaitu ketika Seiji memperlihatkan dirinya sebagai pembuat violin di toko barang antik kakeknya.

Seiji menyukai Shizuku. Namun, ia belum memperlihatkan perasaan itu pada Shizuku. Hal ini karena Seiji akan pergi ke luar negeri untuk belajar menjadi pembuat Violin yang handal. Jadi, ia harus meninggalkan Shizuku. Tahu jika Seiji benar-benar mengejar cita-citanya, Shizuku iri berat. Ia mencari keinginan jati dirinya. Dan ia menemukan dirinya bahwa ia ingin menjadi seorang penulis. Ia bertekad bulat, sangat konsisten, hingga nilai di pelajarannya menurun drastis dan membuat ibu Shizuku di panggil ke sekolah.

Ayah Shizuku yang merupakan pustakawan di perpustakaan umum tempat Shizuku seringkali berkunjung dan meminjam melihat kerja keras Shizuku dalam mencari referensi untuk menulis. Mereka sekeluarga bertemu dalam satu meja dan membicarakan tentang Shizuku. Sebagai keluarga, ayah dan ibu Shizuku mengerti dan memberikan kesempatan serta peluang bagi Shizuku untuk mencoba dan memilih masa depannya yaitu menulis novel dan menjadi seorang penulis.

Novel Shizuku berjudul Whisper of the Heart (Bisikan Hati). Novel ini menceritakan tentang Baron (boneka kucing yang berdiri di toko antik milik kakek Seiji). Kisah Baron ini ia tuliskan bersamaan dengan kisah kakek Seiji yang pernah diceritakannya pada Shizuku. Dalam menulis novel tersebut, Shizuku banyak dituntun oleh mimpi-mimpinya selama proses penulisan novel. Setelah novel itu selesai, kakek Seijilah yang menjadi pembaca pertamanya. Shizuku menunggu kakek selesai membca dengan khawatir. Kakek Seiji menyelesaikan dalam satu kali baca, dan mengatakan bahwa karya tersebut sangat bagus. Sebaliknya, Shizuku merasa itu jelek, dan ia harus belajar lagi.

Dengan selesainya novel itu, Shizuku yakin dengan masa depannya sebagai seorang penulis. Ia menyingkirkan rasa irinya tentang Seiji yang mengejar cita-cita menjadi pembuat Violin handal, karena ia juga akan menjadi penulis handal. Sebelum Seiji pergi meninggalkan Jepang, Seiji mengajak Shizuku melihat matahari terbit. Sembari memandang indahnya matahari terbit, Seiji melamar Shizuku. Dan kisah ini pun berakhir bahagia.

^_^        ^_^        ^_^

Yupz,,, menurt saya, film ini recommended untuk di tonton, karena di dalamnya mengulas tentang mengejar mimpi menjadi seorang penulis dengan bekerja dan usaha keras, serta pengorbanan. Menariknya, mereka adalah para pecinta buku yang juga cinta perpustakaan. Saya pribadai, sangat suka film ini :D

Berikut beberapa printscreen dari film Whisper of the Heart.


















Begitu ya,,, jika tertarik, coba cari filmnya, dan selamat menonton,,, :D


Membangun Citra Pustakawan

Membangun Citra Pustakawan

Citra bisa diartikan sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, ataupun produk. Ada  komponen yang berkaitan erat dengan pustakawan, yaitu pustaka (dalam hal ini adalah sumber informasi yang ada di perpustakaan) dan layanan, perpustakaan, dan pustakawan itu sendiri. Apabila dikaitkan dengan pengertian citra tadi, maka pustakawan dapat dikatakan sebagai pribadi. Perpustakaan sebagai perusahaan/organisasi. Dan pustaka dan layanan sebgai produk.

Bagaimana gambaran pustakawan di mata masyarakat tergantung dari  3 pokok komponen di atas. Namun, komponen pustakawan menjadi tolok dari keseluruhannya. Mengapa? Karena produk dan organisasi berjalan baik atau tidak tergantung dari SDM nya yaitu pustakawan. Bagaimana seorang pustakawan bersikap dan bertingkah laku terhadap masyarakatnya terkait dengan produk dan organisasinya.

Banyak pustakawan yang tidak PD dengan profesinya. Why??? Padahal ini adalah profesi yang menurut saya bergengsi. Seorang dosen saya pernah mengatakan, jika profesi ini ditekuni, pustakawan bisa menjadi profesor ilmu pengetahuan. Percaya diri lah pada diri Anda dan profesi pustakawan. Rekan saya Roro mengatakan menjadi pustakawan itu sangat luar biasa. Lihat di sini untuk membacanya. Melalui kepercayaan diri tersebut, mulailah dengan memanfaatkan media sosial seperti facebook dan twitter untuk bercengkerama dengan masyarakat, dan tunjukkanlah bahwa menjadi pustakawan memang benar-benar LUAR BIASA!!!.

Citra fisik juga perlu diperhatikan. Paradigma lama kita memperlihatkan bahwa banyak orang mencitrakan pustakawan sebagai seorang perempuan/laki-laki tua yang berkacamata tebal, bau buku, jarang tersenyum, dan benci keramaian. Yeah,,, itu dulu,,,. Berubahlah menjadi menarik. Pustakawan kita banyak yang muda-muda. Termasuk saya, hahaha :D . Gak ada salahnya pustakawan mengikuti mode/fashion. Ditambah dengan senyuman ramah yang menjadi penarik pemustaka supaya keranjingan ke perpustakaan dan membaca.

Kesimpulannya,,, mari kita bangun citra kita sebagai pustakawan yang LUAR BIASA. Yang SUPER SEKALI,,, (pinjam kata ya,,,Pak Mario Teguh :D ). Dan katakan dengan bangga I’M LIBRARIAN AND I PROUD OF THIS! ^_^


Salam pustakawan…

Rabu, 07 Januari 2015

Menggapai Kejayaan Islam dengan Perpustakaan Masjid Komarudin



Sejarah mencatat bahwa masa kejayaan dan masa kemunduran islam dipengaruhi oleh perpustakaan. Pada masa kejayaan islam, banyak program-program pengembangan ilmu pengetahuan seperti diskusi, penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab, serta eksperimen-eksperimen. Semua hal tersebut didukung dengan adanya perpustakaan yang menyediakan fasilitas tempat serta koleksi yang berisi ilmu pengetahuan. Sehingga dari kegiatan tersebut banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan islam yang hasil penemuannya masih digunakan hingga sekarang. Kejayaan islam mulai memudar ketika perpustakaan terbesar pada zaman tersebut di bakar dan koleksinya di bawa ke negara-negara barat. Islam kehilangan sumber pengetahuan, dan negara barat mulai mengalami zaman keemasan ketika buku-buku itu beralih ke negara tersebut. Maka, jelas sekali disini bahwa perpustakaan mempunyai peran penting dalam membawa zaman ke dalam masa keemasan atau kemunduran.
Di era sekarang ini, perpustakaan kembali mulai digerakkan dari segi keilmuan, teknologi, filosofi, bentuk , jenis dan sekaligus fungsinya. Diantara banyak macam jenis perpustakaan yang ada, perpustakaan Masjid adalah contoh perpustakaan yang masih bergerak dalam ranah keislaman. Pertanyaan yang begitu menggelitik adalah apakah kejayaan islam akan dapat terulang kembali dengan mulai berkembangnya perpustakaan-perpustakaan masjid?Jika pada jaman dahulu itu semua dpat terjadi, kenapa sekarang itu sulit?
Yogyakarta adalah sebuah provinsi kecil di Indonesia yang dikenal sebagai kota pelajar. Kota ini memiliki mayoritas penduduk beragama islam. Kedua hal tersebut, menjadikan Yogyakarta memiliki banyak institusi pendidikan baik itu negeri ataupun swasta yang berdasarkan pada keislaman. Ada Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madarasah Aliyah, Universitas Islam, Pondok Pesantren, Taman Pendidikan Al-Quran, dan Masjid. Semua institusi tersebut menjadi tempat pendidikan. Jika perpustakaan menyatu ke dalam institusi tersebut, dan dimanfaatkan dengan maksimal, intelektual muda muslim akan terlahir dan islam akan berjaya. Sayangnya, Masjid yang merupakan tempat berkumpulnya kaum muslim banyak yang belum memiliki perpustakaan.
Adalah Masjid Komarudin. Berada di Kelurahan Suryodiningratan. Masjid ini adalah satu dari contoh masjid yang memiliki perpustakaan. Cikal bakal masjid ini adalah sebuah Mushola dengan nama al-Ikhsan. Kemudian mulai dibangun dan diberi nama Komarudin. Menurut Truli Santosa, selaku penjaga masjid, Komarudin adalah salah satu nama teman baik Pak Suharto mantan Presiden RI. Masjid ini dibangun dengan sokongan dari keluarga pemilik MAGA Swalayan.
Hal yang menarik dari masjid Komarudin adalah karena masjid ini memiliki perpustakaan. Seperti kisah sejarah pada umumnya, perpustakaan Masjid Komarudin mengalami pasang surut pada masa perkembangannya. Perpustakaan ini mengalami dua fase perkembangan. Fase pertama, terjadi antar 5 sampai 6 tahun yang lalu. Pada fase ini perpustakaan masih sangat jauh dari kata baik. Koleksi buku-bukunya adalah buku lama. Sedikit yang memanfaatkan perpustakaan ini, hingga akhirnya vakum selama beberapa waktu. Namun dalam kevakuman itu, “membuat perpustakaan yang layak” tetap menjadi cita-cita takmir Masjid Komarudin. Fase kedua, adalah fase dimana perpustakaan mulai bernapas kembali. Fase ini terjadi mulai tahun 2012. Bermodalkan rak dan buku-buku yang lama, perpustakaan kembali berdiri, dan selang 4 bulan kemudian, ada bantuan buku dari kelurahan Suryodiningratan. Fase ini berlangsung sampai saat ini. Sekarang, koleksi perpustakaan masjid mulai berkembang, 80% adalah buku-buku baru, 15% buku-buku lama, dan 5% yang lainnya takmir melakukan pembelian buku baru.
Membuat perpustakaan menjadi cita-cita takmir masjid Komarudin. Kesadaran akan membuat perpustakaan ini berawal dari anggota takmir masjid yang sebgaian besar merupakan kaum intelektual. Ada guru, dosen dan yang paling mendukung adalah wakil rektor Unerversitas Negeri Yogyakarta. Dukungan dari mereka sangat berpengaruh dalam sejarah pendirian perpustakaan Masjid Komarudin. Dalam hal ini, jelas sekali bahwa kesadaran akan pendidikan seperti pendirian perpustakaan sangat penting sekali dalam memajukan ilmu pengetahuan.
Pendirian perpustakaan masjid Komarudin tidak terlepas dari peran serta pemuda. Proyek pengembangan perpustakaan diserahkan sepenuhnya kepada RIMASKO (Remaja Islam Masjid Komarudin). Remaja tersebut yang mengatur pembuatan rak, dan bentuk perpustakaan. kaum muda berpengaruh besar dalam kemajuan zaman.
Pada umumnya perpustakaan didirikan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Fungsi perpustakaan seperti ini terdapat pada perpustakaan yang berada di bawah institusi, dan memliki kategori pemustaka yang jelas. Apakah perpustakaan masjid memiliki fungsi yang sama? Pada dasarnya perpustakaan jenis apapun akan memiliki fungsi seperti hal diatas, namun dalam pengaplikasian sesungguhnya terdapat kendala-kendala tertentu yang memungkinkan atau menjadikan fungsi perpustakaan berubah. Hal seperti itulah yang terjadi di perpustakaan Masjid Komarudin. Perpustakaan masjid ini bertujuan untuk memberikan fasilitas ilmu pengetahuan kepada para jamaahnya. Namun, dalam perjalannannya perpustakaan ini kurang berfungsi.
Kendala yang dihadapai oleh perpustakaan masjid Komarudin ada bermcam-macam. Seperti yang dikatakan oleh Truli Susanto selaku sekretaris takmir, kendala tersebut antar lain: Pertama, dari segi pustakawan. Sangat kecil sekali kemungkinan perpustakaan masjid mengangkat seorang pustakawan untuk ditempatkan dalam divisinya. Pada umumnya, yang menjadi pustakawan adalah anggota dari takmir masjid itu sendiri. Anggota takmir tidak selalu ada di masjid, karena sebgaian besar dari mereka adalah pekerja. Hal ini jelas mengakibatkan kosongnya perpustakaan dari kontrol. Kedua, dari segi pemustaka. Pemustaka yang masuk ke perpustakaan biasanya adalah seseorang yang sedang menunggu, atau faktor ketidaksengajaan menemukan perpustakaan di lantai 2. Orang-orang yang datang ke masjid Komarudin biasanya adalah para pekerja yang mampir untuk sholat, yang memiliki sedikit waktu senggang, sehingga perpustakaan menjadi tempat yang “agak” dihindari oleh mereka. Kendala ketiga, ada berita yang menyebutkan bahwa 80% perpustakaan di Yogyakarta itu mati. Kondisi ini membuat takmir masjid berpikir ulang untuk mengembangkan perpustakaan masjid, muncul keraguan apakah perpustakaan akan dapat berjalan atau tidak?
Peran perpustakaan pada masa peradaban islam adalah sebagai pusat belajar, pusat penelitian, pusat penerjemahan, dan pusat penyalinan buku. keempat peran tersebut mengantarkan islam pada zaman keemasannya. Apabila perpustakaan masjid dan perpustakaan yang berbasis islam lainnya bersatu padu untuk melakukan peran tersebut  kembali, akan ada kemungkinan bahwa islam akan mengalami zaman keemasannya yang kedua. Bercikal bakal dari perpustakaan masjid, sedikit demi sedikit akan mengalami kemajuan dan mempengaruhi zaman.
Koleksi perpustakaan masjid Komarudin sangat beragam. Namun, dalam keragaman tersebut, dapat dibagi menjadi 3 kategori besar. Posisi pertama adalah buku-buku agama. Buku ini  paling mendominasi. Jelas sekali bahwa ini adalah perpustakaan masjid yang notabene adalah milik umat muslim, sehingga koleksinya adalah buku-buku yangberkaitan tentang agama islam. Kedua adalahbuku-buku anak. Banyak anak-anak sekitar masjid yang datang untuk TPA dan seringkali ke perpustakaan untuk membaca atau melihat buku-buku bergambar. Dan yang ketiga adalah buku-buku umum, buku selain tentang agama.
Perpustakaan mempunyai jam buka setiap hari mulai pukul 18.00 sampai dengan 21.00. tetapi tidak menutup kemungkinan ketika siang hari untuk buka jam pelayanan. Secara praktikal, jam buka perpustakaan tergantung dari penjaga perpustakaan, apakah ada di tempat atau tidak. Pelayanannya menggunakan sistem terbuka, dengan memperbolehkan siapapun untuk melihat langsung koleksi yang dipunyai oleh perpustakaan. Koleksi perpustakaan hanya dipinjamkan untuk dibaca di tempat. Hanya jamaah yang memiliki kriteria tertentu yang boleh meminjam di bawa pulang, seperti jamaah yang sudah dikenal atau sudah diketahui sifat dan perilakunya.
Kesimpulannya, kemajuan dan kemuduran islam tidak terlepas dari peran perpustakaan. hal ini mendorong untuk membentuk perpustakaan masjid yang akan menjadi cikal bakal perpustakaan besar yang akan mengantarkan islam pada zaman keemasannya yang kedua. Perlu adanya kesadaran masyarakat islam untuk mengubah pemikiran mereka bahwa kemajuan islam tergantung dari penguasaan ilmu pengetahuan. Dan penguasaan tersebut dapat dilakukan dengan adanya peran dan fungsi perpustakaan.

Berkawan IT untuk Kemajuan

Judul                : Teknologi Informasi dan Fungsi Kepustakawanan Penulis              : Rhoni Rodin Penerbit            : Calpulis ...