Rabu, 02 September 2015

50 Komik Sufi



Judul         : 50 Komik Sufi
Komikus   : @owobo
Penerbit    : Jakarta / Zaman / 2014
ISBN        : 978-602-1687-42-0

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Belajar tasawuf, tidak melulu rumit dan penuh pemikiranmendalam. Komik ini memberikan sebuah pelajaran melalui kisah hanya dengan 1-2 lembar saja, namun, efek dari komik ini sangat mengena dan terngiang-ngiang. Di bawah ini adalah beberapa foto dari isi komik.

 Gambar di samping mengajarkan bahwa ketika kita memandang sesuatu dan beropini, tergantung dari sudut pandang kita, dan sudut pandang tersebut memperlihatkan siapa sebenarnya kita.

Salah seorang murid sufi, mengatakan bahwa perempuan itu sama halnya dengan sepatu, seorang lelaki bisa melepaskan dan menggantinya dengan yang menurutnya lebih bagus.

Sufi membenarkan hal tersebut.

Namun kemudian, sufi mengatakan bahwa orang yeng melihat DIRINYA seperti KAKI, ia akan melihat wanita ibarat ALAS KAKI.
Dan, jika seseorang melihat DIRINYA sebagai KEPALA, ia akan melihat wanita laksana MAHKOTA.





Gambar di samping mengajarkan tentang meramal masa depan.
Seseorang mengatakan kepada sufi bahwa dirinya mampu meramal masa depan. Ia tahu apa yang akan terjadi pada sufi.

Tiba-tiba, Sufi menamparnya.
Peramal tersebut marah!

Dan dengan tenang, sufi mengatakan, bahwa bukankah ia mampu meramal masa depan? Seharusnya ia tahu bahwa ia akan ditampar dan seharusnya ia menghindar.




Simpel bukan? Dalam buku ini ada 50 judul dengan 50 kisah hikmah yang sangat mengena dalam keseharian kita. Buku ini memang kecil, tapi sangat sarat akan makna. Tidak membosankan untuk dibaca. Sangat cocok untuk menjadi bacaan pilihan.

Selamat Membaca \(^0^)/

Selasa, 01 September 2015

Seberapa Pantaskah Saya,,,?


       Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu 
       Cukup indahkah dirimu untuk s'lalu kunantikan
       Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku
       Mampukah kita bertahan disaat kita jauh

       Seberapa hebatkah kau untuk kubanggakan 
       Cukup tangguhkah dirimu untuk s'lalu kuandalkan 
       Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang 
       Sanggupkah kau meyakinkan disaat aku bimbang

Sembari input buku, sembari bermusik. Terdiam sejenak ketika lagu "Seberapa Pantas" milik Sheila On 7 memutar. Awalnya menikmati, tapi semakin menikmati, muncul konsleting-konsleting kecil hingga menuju pemikiran tentang seberapa pantaskah saya?

 Kaitannya dengan masa depan sesungguhnya,
Jika saya menginginkan enaknya hidup di alam kubur,,, seberapa pantaskah saya untuk mendapatkannya?
Jika saya menginginkan sukses melewati sirotol mustaqim,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan surga,,,, seberapa pantaskah saya?
Karena saya merasa belum pantas, maka saya harus memantaskan diri untuk mendapatkannya!

Kaitannya dengan masa depan di dunia ini,
Jika saya menginginkan menjadi manusia wajib,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan mampu menjadi pribadi yang bijaksana,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkn buah hati,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan menjadi dosen,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan beasiswa kuliah ke Jepang,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan menjadi pustakawan yang multitalented,,, seberapa pantaskah saya?
Jika saya menginginkan menjadi penulis,,, seberapa pantaskah saya?
Dan karena masih banyak jika-jika yang lainnya,,,
Serta karena saya merasa belum pantas, maka saya harus memantaskan diri untuk mendapatkannya!

Memang benar bahwa saya harus memantaskan diri lebih banyak. Misalkan saja, jika saya benar-benar ingin menjadi seorang dosen, sedangkan kondisi saya, saya belum pernah dan belum berpengalaman mengajar, saya kurang meguasai bahasa inggris, saya masih belum pandai berbicara di depan umum, saya belum memiliki publikasi baik lokal, nasional apalagi internasional, saya masih belum bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, saya masih sangat kurang membaca, saya masih sangat kurang menulis, saya sangat sedikit memiliki channel, saya masih kurang percaya diri, saya masih kurang bisa tersenyum lepas, saya masih belum bisa memutuskan solusi secara bijak, saya masih banyak kekurangan,,,
Maka,,,
Cara memantaskan diri saya adalah dengan mencukupi, atau melebihi kekurangan-kekurangan saya yang menjadi penghambat saya menjadi seorang dosen. Saya harus banyak membaca, menulis, membuat presentasi, berbicara di depan umum, belajar bersosialisasi, memahami maysrakat, membangun kerjasama, dan banyak lagi yang lainnya,,, hingga pada suatu waktu, Allah meluluskan saya, dan  membukakan pintu gerbang untuk saya menuju keinginan saya menjadi dosen.


Berkaca diri, dan melakukan berbagai hal yang akan membuat pribadi ini pantas untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Berusaha dan berdoa. Bismillah,,, insya Allah, Allah meridhoi hal-hal positif yang dilakukan hamba-Nya.



Berkawan IT untuk Kemajuan

Judul                : Teknologi Informasi dan Fungsi Kepustakawanan Penulis              : Rhoni Rodin Penerbit            : Calpulis ...